Lampung Road Trip: Perjalanan dari Jakarta ke Bandar Lampung naik Ferry Merak - Bakauheni

  2 minute read

Rosi, istri saya, berkali-kali mengajak ke Lampung untuk melihat keindahan Pulau Pahawang. Diajaknya saya naik kapal ferry dari Merak ke Bakauheni. Saya menolak berkali-kali karena kurang nyaman untuk naik kapal ferry (kurang nyaman = ga berani). Namun saya iyakan juga, saya memberanikan diri. Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok. Karena terus menurus dirayu, akhirnya luluh juga.

Kami menghabiskan 5 hari di sana, tepatnya tanggal 1-5 Agustus 2019. Kami berangkat bersama satu keluarga lainnya, temannya Rosi. Kami sudah pernah trip bersama sebelumnya ke Lombok, sudah sama-sama cocok. Perjalanan dua keluarga membuat biaya lebih murah, misal untuk kapal ferry yang hanya dihitung per mobil, tiga atau enam penumpang dihitung sama.

Hari pertama, Kamis 1 Agustus kami awali dengan menyebrang Selat Sunda. Pada pukul 16.00 WIB saya dijemput dari kantor, kemudian kami berangkat ke pelabuhan Merak. Perjalanan dari Jakarta ke Merak menghabiskan waktu sekitar 2 jam lebih. Kami sampai di pelabuhan jam 7 karena diperjalanan ada istirahat makan dan shalat.

Kami mengalami hambatan di pintu masuk dermaga karena tiket harus dibeli menggunakan e-money, sedangkan saldo kami tidak cukup. Saat itu harga tiket untuk mobil penumpang adalah 579 ribu, jumlah saldo yang jarang siap dipakai di e-money. Penumpang tidak tambah bayar lagi, tiket dihitung per mobil. KTP juga peru disiapkan untuk data penumpang; satu KTP saja cukup untuk perwakilan.

Terlepas dari masalah top-up e-money, menurut saya naik ferry jauh lebih sederhana dibandingkan dengan naik pesawat terbang. Mirip sekali dengan masuk pusat perbelanjaan; masuk dengan e-money (dan KTP), parkirkan mobil di dalam kapal, naik tangga ke lantai penumpang, lalu duduk manis. Saya perkirakan total waktu dari masuk portal hingga duduk di atas kapal tidak lebih dari 5 menit. Kapal tersedia hampir setiap jam, sehingga jam berapapun datang, tinggal naik dan kapal akan berangkat pada jam terdekat. Karena kesederhanaan ini saya jadi tertarik untuk melakukan perjalanan darat kembali ke lokasi lain di Pulau Sumatera.

Pertama kali menaikkan mobil ke ferry merupakan pengalaman mendebarkan bagi saya. Naiknya cukup terjal dan belokannya cukup tajam. Penyambung antara dermaga dan kapal bergeser-geser seiring dengan bergoyangnya kapal. Namun geserannya kecil sekali sehingga tidak membahayakan.

Ilustrasi. Foto kami naik ferry di Bakauheni saat kembali

Kapal ferry kami, kalau tidak salah namanya KMP Port Link, berangkat jam 8 lebih sedikit. Kesan mula saya tentang kapal ferry berubah total saat naik ke lantai penumpang. Tempatnya nyaman dan luas sekali, bahkan ada tempat bermain anak. Goyangan yang saya khawatirkan hampir tidak terasa, mungkin karena kapalnya cukup besar. Kesannya mirip naik kereta, bahkan lebih baik karena luas sehingga anak-anak bebas berlarian kesana kemari.

Kami tiba di Bakauheni sekitar pukul setengah sepuluh. Keluar kapal sesederhana naik ke kapal. Perjalanan kami lanjutkan dengan melewati tol sekitar 90 km. Dalam satu jam setengah, kami sudah tiba di Bandar Lampung dan check-in di hotel yang kami tuju. Kami mendapatkan hotel dengan harga sekitar 150 ribu per malam; itu sudah mendapatkan fasilitas AC dan air panas. Karena cocok dengan hotelnya, kami perpanjang hingga esok hari.

Total perjalanan dari Jakarta ke Bandar Lampung sekitar 7 jam, hampir tidak ada hambatan selain macet di tol arah Tangerang. Menyetir 7 jam pun tidak berasa melelahkan karena ada istirahat 1 jam lebih di atas kapal. Sangat layak untuk dipertimbangkan bagi penduduk Jakarta dan sekitarnya sebagai alternatif tujuan wisata.

Leave a comment